Rabu, 19 Mei 2010

Tales from the Road


Judul : Tales from The Road
Pengarang : Matatita
Penerbit : B-First (Bentang Pustaka)


Gak tahu ya, dari kapan saya mulai menyenangi buku-buku travelling. Masih ingat jelas dalam memori saya, buku travelling yang pertama kali dibeli berjudul "Satu dua pulau terlampaui", karangan Diah Marsidi, penulis tavelling terkenal dari harian Kompas. Buku itu, saya sayangi benar, tidak boleh sembarang orang meminjam buku tersebut.
Hmm... bagi saya yang suka travelling (meskipun jarang banget melakukan travelling..) hanya dengan membaca buku-buku seperti itu, rasanya saya sudah sampai ke negeri tersebut, meskipun hanya lewat bacaan saja.

*****

Berbagai jenis buku tentang travelling sudah saya baca, rata-rata sih perjalanan yang dituliskan adalah ke luar negeri, dimana pasti banyak hal-hal baru dan menarik yang dapat ditemukan disana. Bisa dibayangkan nanti, gimana 'norak'nya saya nanti jika mendapat kesempatan bergondola ria di Venesia, melihat menara Eifel, shalat di Masjid tua Nie Djie di China dan hal-hal lain yang mungkin membuat saya bisa 'melek' berhari-hari.
Memang, berkeliling ke negara yang tidak pernah kita kunjungi, membuat kesan yang tidak lekang dimakan waktu.

Tapi bagaimanakah jika bertravelling ke negeri sendiri??
Hmmm... sepertinya juga menarik, karena negara ini memiliki banyak pulau, suku, budaya dan lain-lainnya.
Matatita, berhasil dengan baik meneropong travelling dari sisi antropologi budaya, dan menjadikan buku ini enak dibaca tanpa harus mengerutkan kening. Ya, memang budayalah yang menjadi kekuatan Indonesia saat ini. Hal ini bisa dengan baik diceritakan di dalam bukunya, untuk memahami arti sebuah sejarah. Bisa di lihat (bab : People, Culture, Heritage-Kalender dari Dayak hingga Batak hal. 117) pemaparannya mengenai kalender kuno suku Dayak hingga Batak,yang pastinya memuat unsur sejarah didalamnya. Buku ini tidak saja sekedar buku travelling biasa, tapi merupakan refleksi jiwa sang penulis, dimana kakinya berhenti pada suatu daerah. Satu lagi yang membuat saya terpesona, penggambaran serta penulisan mengenai negeri ini begitu indah, bisa dirasakan saat sang penulis menceritakan indahnya lembah Baliem, suku Asmat di Irian.

So, siapa bilang travelling itu cocoknya hanya ke luar negeri, jangan salah di dalam negeri pun juga tidak kalah bagus, tinggal kita sebagai pemiliknya menjaga kelestariannya.
Let's Travel....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar