Judul : Sky Burial (Pemakaman Langit)
Pengarang : Xinran
Penerbit : Serambi
Sebenarnya sudah cukup lama saya memiliki buku ini. Pernah mencoba untuk membacanya, namun belum mendapatkan 'klik'nya. Kalau sudah begitu, buku tersebut akan saya tunda dulu,
agak sayang ya, jika tetap memaksa membaca buku tersebut, namun tidak bisa mendapatkan intisari dari buku itu.
Hingga di tahun 2010 ini baru saya mencoba kembali untuk membacanya.
******
Sebuah pertanyaan untuk cinta? Jika kita benar-benar mencintai seseorang, dapatkah kita bertindak seperti Shu Wen, tokoh sentral dalam buku ini?
Alkisah, sepasang muda-mudi yang sedang dalam tahap menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran di Beijing China, Shu Wen dan Kejun.
Setelah meyelesaikan pendidikannya, mereka memberanikan diri untuk menikah.
Pada saat yang bersamaan pula, kondisi perpolitikan di China, sedang dalam keadaan carut marut. Dimana China tak henti-hentinya berseteru dengan Tibet.
Karena alasan itu pulalah yang menyebabkan rakyat China, terutama para pemudanya untuk terjun langsung ke medan perang. Para pemuda ini kebanyakan berasal dari kaum yang miskin serta petani yang tidak mengerti kejadian apa yang sedang menimpa negara mereka dan mengapa mereka diharuskan ikut terjun ke medan perang.
Di dalam benak mereka tertanam bahwa mereka pergi berperang untuk membela negara.
Tidak terkecuali Kejun. Sebagai pemuda berpendidikan pada saat itu, ilmu yang telah didapatnya dipastikan akan sangat berguna di medan peperangan.
Meskipun usia pernikahan mereka baru 3 minggu, akhirnya Shu Wen sang istri dengan berat hati pun merelakan suaminya untuk meninggalkan dirinya.
Selang beberapa saat kemudian, sepucuk telegram datang kepada Shu Wen, yang mengabarkan bahwa suaminya Kejun, telah tewas dalam peperangan tersebut. Dalam kondisi yang bimbang, serta rasa ketakpercayaan dengan berita tersebut, akhirnya dengan tekad bulat, Shu Wen pun mendaftarkan diri pada batalyon bekas sang suaminya bergabung, untuk mencari Kejun, sang belahan jiwanya. Meskipun sempat beberapa kali mengalami penolakan dari sang Komandan serta orang tua dan kakaknya, tapi niat Shu Wen tersebut tidak dapat tergoyahkan.
Shu Wen adalah perempuan yang cerdas, ia sudah dapat membayangkan apa yang akan ia hadapi di medan yang liar dan ganas itu. Termasuk Sky Burial (pemakaman langit) yang dilakukan oleh masyarakat Tibet dan yang paling ditakuti oleh seluruh prajurit China.
Kehidupan yang keras, sulit menjadi keseharian dari Shu Wen.
Hingga pada suatu ketika, ketika Shu Wen dan rombongannya menemukan mayat prajurit mereka, sadarlah bahwa ternyata mereka sedang di ikuti oleh pasukan Tibet. Mau tidak mau kesatuan itu berangsur-angsur mundur, hingga akhirnya ia menemukan seorang tawanan perempuan. Dengan perempuan inilah akhirnya Shu Wen terbebas dari rombongan prajurit perang tersebut, dan kehidupan lain pun akan segera ditemukannya, meskipun tetap sama keras dan sulit.
Meskipun pada akhirnya apa yang dilakukan Shu Wen ini berakhir dengan tragis, namun ia masih tetap setia pada sang suami, ia rela menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk mencari kekasih hatinya !!!
Pengarang : Xinran
Penerbit : Serambi
Sebenarnya sudah cukup lama saya memiliki buku ini. Pernah mencoba untuk membacanya, namun belum mendapatkan 'klik'nya. Kalau sudah begitu, buku tersebut akan saya tunda dulu,
agak sayang ya, jika tetap memaksa membaca buku tersebut, namun tidak bisa mendapatkan intisari dari buku itu.
Hingga di tahun 2010 ini baru saya mencoba kembali untuk membacanya.
******
Sebuah pertanyaan untuk cinta? Jika kita benar-benar mencintai seseorang, dapatkah kita bertindak seperti Shu Wen, tokoh sentral dalam buku ini?
Alkisah, sepasang muda-mudi yang sedang dalam tahap menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran di Beijing China, Shu Wen dan Kejun.
Setelah meyelesaikan pendidikannya, mereka memberanikan diri untuk menikah.
Pada saat yang bersamaan pula, kondisi perpolitikan di China, sedang dalam keadaan carut marut. Dimana China tak henti-hentinya berseteru dengan Tibet.
Karena alasan itu pulalah yang menyebabkan rakyat China, terutama para pemudanya untuk terjun langsung ke medan perang. Para pemuda ini kebanyakan berasal dari kaum yang miskin serta petani yang tidak mengerti kejadian apa yang sedang menimpa negara mereka dan mengapa mereka diharuskan ikut terjun ke medan perang.
Di dalam benak mereka tertanam bahwa mereka pergi berperang untuk membela negara.
Tidak terkecuali Kejun. Sebagai pemuda berpendidikan pada saat itu, ilmu yang telah didapatnya dipastikan akan sangat berguna di medan peperangan.
Meskipun usia pernikahan mereka baru 3 minggu, akhirnya Shu Wen sang istri dengan berat hati pun merelakan suaminya untuk meninggalkan dirinya.
Selang beberapa saat kemudian, sepucuk telegram datang kepada Shu Wen, yang mengabarkan bahwa suaminya Kejun, telah tewas dalam peperangan tersebut. Dalam kondisi yang bimbang, serta rasa ketakpercayaan dengan berita tersebut, akhirnya dengan tekad bulat, Shu Wen pun mendaftarkan diri pada batalyon bekas sang suaminya bergabung, untuk mencari Kejun, sang belahan jiwanya. Meskipun sempat beberapa kali mengalami penolakan dari sang Komandan serta orang tua dan kakaknya, tapi niat Shu Wen tersebut tidak dapat tergoyahkan.
Shu Wen adalah perempuan yang cerdas, ia sudah dapat membayangkan apa yang akan ia hadapi di medan yang liar dan ganas itu. Termasuk Sky Burial (pemakaman langit) yang dilakukan oleh masyarakat Tibet dan yang paling ditakuti oleh seluruh prajurit China.
Kehidupan yang keras, sulit menjadi keseharian dari Shu Wen.
Hingga pada suatu ketika, ketika Shu Wen dan rombongannya menemukan mayat prajurit mereka, sadarlah bahwa ternyata mereka sedang di ikuti oleh pasukan Tibet. Mau tidak mau kesatuan itu berangsur-angsur mundur, hingga akhirnya ia menemukan seorang tawanan perempuan. Dengan perempuan inilah akhirnya Shu Wen terbebas dari rombongan prajurit perang tersebut, dan kehidupan lain pun akan segera ditemukannya, meskipun tetap sama keras dan sulit.
Meskipun pada akhirnya apa yang dilakukan Shu Wen ini berakhir dengan tragis, namun ia masih tetap setia pada sang suami, ia rela menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk mencari kekasih hatinya !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar