Judul : When tomorrow comes - Seeking daylight's end
Pengarang : Peter O'Connor
Penerbit : Gramedia
Buku nan cantik inilah yang menjadi bacaan pembuka dibulan Juli 2010. Terus terang, membaca buku mungil dengan cover dan tampilan yang menarik ini benar-benar 'menempeleng' saya.
Bagaimana tidak, isi dari buku ini sebenarnya simpel saja, tapi cara penulisan dan penceritaannya membuat saya sebagai pembacanya merasa 'tersindir' keras.
Balik lagi ke soal isi buku, sebenarnya apa yang kita harapkan dalam menjalankan hidup ini ? apakah kita akan mengambil jalan yang sesuai dengan hati nurani serta keinginan kita, atau hanya mengikuti petunjuk seseorang tanpa kita menyukainya. Tapi apapun keputusan yang kita ambil dalam menjalani hidup ini memang penuh dengan resiko, yang tidak semua orang berani mempertaruhkan itu.
Hmmm.... waktu saya tamat SMU, orang tua bertanya, 'akan meneruskan kemanakah tujuan saya ? dan akan mengambil kuliah jurusan apa?' dengan mantap saya menjawab, saya akan mengambil jurusan sastra Inggris atau psikologi. Kedua orang tua saya terdiam. Tanpa ragu, ayah saya berkata 'mau jadi apa kamu nanti kalau kuliah mengambil jurusan itu?' mungkin statement itu berbentuk sebuah pertanyaan, tapi bagi saya itu sudah jelas bentuk dari penolakan terhadap keinginan saya.
Ahhhh.... hati saya mencelos. Dan saya sudah tahu, jurusan apa yang diinginkan orangtua terhadap saya ?? ya EKONOMI. Dengan pengalaman kerja orang tua di bidang itu, cerita-cerita mereka mengenai kemapanan ekonomi jika lulus dari jurusan tersebut, membuat saya tidak mempunyai pilihan untuk memilih. Saya tahu yang mereka sarankan adalah untuk kebaikan saya. Dengan segala kekuatan untuk mengemukakan argumen yang saya miliki, tapi nampaknya hal tersebut hanyalah menjadi angin lalu saja. Ya, saya memang sudah tidak ada pilihan lagi, selain mengikuti keinginan mereka. Dan semua itu saya kerjakan hanya untuk menyenangkan mereka saja.
4 tahun berlalu sudah. Meskipun jurusan itu bukan idaman saya, tapi saya berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran tersebut. Kuliah saya selesaikan dalam waktu 4 tahun pas, dengan nilai yang baik.
Setelah lulus dari kuliah, jelas tahap berikutnya adalah mencari kerja. Tapi saya tetap yakin, meskipun kita melakukan sesuatu yang bukan keinginan kita, baik di sadari ataupun tidak, pikiran serta tubuh ini akan mencari tujuan yang sebenarnya, dan hal ini terbukti. Terus terang mencari pekerjaan di Ibu Kota tidaklah gampang. Beberapa tawaran pekerjaan datang kepada saya, tetapi saya tolak. Mengapa ..?? gampang saja, karena tawaran itu tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Perusahaan media, penerbitan adalah lapangan perusahaan yang tidak sesuai dengan orang tua saya. Tapi sebaliknya, industri perbankan, akuntan publik, pns adalah institusi yang mereka idamkan untuk sang anak.
Namun apa daya, mau sampai kapan saya akan menolak pekerjaan yang datang itu ? Hingga pada akhirnya saya pun memutuskan untuk bergabung dengan sebuah penerbitan majalah bulanan. Meskipun bergaji jauh dari yang diinginkan oleh orangtua, tapi saya sungguh menikmati pekerjaan itu. Ada kepuasan batin yang saya temukan di tempat tersebut.
Dalam judulnya When Tomorrow Comes ada kutipan yang saya sukai :
"Kita hidup dalam sangkar yang terbuat dari tuntutan, rutinitas, dan kebiasaan, dan setelah begitu lama hidup dalam batas-batas ini, kita lupa bahwa sesungguhnya kita terperangkap.
Kalau kita buang semua bagian diri kita yang merupakan hasil dikte orang lain,
apa yang tersisa ? Masih adakah yang tersisa?"
_____________________________________
Keinginan itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan. Selama ini banyak sekali keinginan-kenginan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dari sekarang. Tapi tentu saja, segala resiko harus dipikirkan secara matang.
Saya amat suka membaca biografi seseorang, bagi saya orang tersebut sangatlah hebat. Dan dalam benak saya, orang ini pastilah sangat bermanfaat bagi sekitarnya. Dan kekaguman saya pun hanya sebatas itu.
Tapi pernahkah kita mencoba untuk melakukan hal-hal lain yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya ? bagi saya, tidak pernah. Karena saya selalu menjalani hidup dengan apa adanya, sesuai dengan keinginan yang mungkin termasuk taraf standar-standar saja, tidak ada istimewanya. Kadang saat keimanan sedang luntur, ya sudah, dapat syukur gak dapat ya gak apa-apa.
Setelah membaca buku ini, sebenarnya pemikiran seperti itu tidaklah baik. Seakan-akan kenginan kita itu tidak kita perjuangkan secara sungguh-sungguh. Konsep pasrah pun tidak selamanya baik.
Dan moral yang dapat saya ambil dari judul ke 2 ini adalah :
"Beranilah mencoba hal-hal baru, dan teruslah bermimpi untuk meraih apa yang kau impikan. Teruslah berusaha dan bersemangat untuk mengejarnya"
Pengarang : Peter O'Connor
Penerbit : Gramedia
Buku nan cantik inilah yang menjadi bacaan pembuka dibulan Juli 2010. Terus terang, membaca buku mungil dengan cover dan tampilan yang menarik ini benar-benar 'menempeleng' saya.
Bagaimana tidak, isi dari buku ini sebenarnya simpel saja, tapi cara penulisan dan penceritaannya membuat saya sebagai pembacanya merasa 'tersindir' keras.
Balik lagi ke soal isi buku, sebenarnya apa yang kita harapkan dalam menjalankan hidup ini ? apakah kita akan mengambil jalan yang sesuai dengan hati nurani serta keinginan kita, atau hanya mengikuti petunjuk seseorang tanpa kita menyukainya. Tapi apapun keputusan yang kita ambil dalam menjalani hidup ini memang penuh dengan resiko, yang tidak semua orang berani mempertaruhkan itu.
Hmmm.... waktu saya tamat SMU, orang tua bertanya, 'akan meneruskan kemanakah tujuan saya ? dan akan mengambil kuliah jurusan apa?' dengan mantap saya menjawab, saya akan mengambil jurusan sastra Inggris atau psikologi. Kedua orang tua saya terdiam. Tanpa ragu, ayah saya berkata 'mau jadi apa kamu nanti kalau kuliah mengambil jurusan itu?' mungkin statement itu berbentuk sebuah pertanyaan, tapi bagi saya itu sudah jelas bentuk dari penolakan terhadap keinginan saya.
Ahhhh.... hati saya mencelos. Dan saya sudah tahu, jurusan apa yang diinginkan orangtua terhadap saya ?? ya EKONOMI. Dengan pengalaman kerja orang tua di bidang itu, cerita-cerita mereka mengenai kemapanan ekonomi jika lulus dari jurusan tersebut, membuat saya tidak mempunyai pilihan untuk memilih. Saya tahu yang mereka sarankan adalah untuk kebaikan saya. Dengan segala kekuatan untuk mengemukakan argumen yang saya miliki, tapi nampaknya hal tersebut hanyalah menjadi angin lalu saja. Ya, saya memang sudah tidak ada pilihan lagi, selain mengikuti keinginan mereka. Dan semua itu saya kerjakan hanya untuk menyenangkan mereka saja.
4 tahun berlalu sudah. Meskipun jurusan itu bukan idaman saya, tapi saya berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran tersebut. Kuliah saya selesaikan dalam waktu 4 tahun pas, dengan nilai yang baik.
Setelah lulus dari kuliah, jelas tahap berikutnya adalah mencari kerja. Tapi saya tetap yakin, meskipun kita melakukan sesuatu yang bukan keinginan kita, baik di sadari ataupun tidak, pikiran serta tubuh ini akan mencari tujuan yang sebenarnya, dan hal ini terbukti. Terus terang mencari pekerjaan di Ibu Kota tidaklah gampang. Beberapa tawaran pekerjaan datang kepada saya, tetapi saya tolak. Mengapa ..?? gampang saja, karena tawaran itu tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Perusahaan media, penerbitan adalah lapangan perusahaan yang tidak sesuai dengan orang tua saya. Tapi sebaliknya, industri perbankan, akuntan publik, pns adalah institusi yang mereka idamkan untuk sang anak.
Namun apa daya, mau sampai kapan saya akan menolak pekerjaan yang datang itu ? Hingga pada akhirnya saya pun memutuskan untuk bergabung dengan sebuah penerbitan majalah bulanan. Meskipun bergaji jauh dari yang diinginkan oleh orangtua, tapi saya sungguh menikmati pekerjaan itu. Ada kepuasan batin yang saya temukan di tempat tersebut.
Dalam judulnya When Tomorrow Comes ada kutipan yang saya sukai :
"Kita hidup dalam sangkar yang terbuat dari tuntutan, rutinitas, dan kebiasaan, dan setelah begitu lama hidup dalam batas-batas ini, kita lupa bahwa sesungguhnya kita terperangkap.
Kalau kita buang semua bagian diri kita yang merupakan hasil dikte orang lain,
apa yang tersisa ? Masih adakah yang tersisa?"
_____________________________________
Keinginan itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan. Selama ini banyak sekali keinginan-kenginan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dari sekarang. Tapi tentu saja, segala resiko harus dipikirkan secara matang.
Saya amat suka membaca biografi seseorang, bagi saya orang tersebut sangatlah hebat. Dan dalam benak saya, orang ini pastilah sangat bermanfaat bagi sekitarnya. Dan kekaguman saya pun hanya sebatas itu.
Tapi pernahkah kita mencoba untuk melakukan hal-hal lain yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya ? bagi saya, tidak pernah. Karena saya selalu menjalani hidup dengan apa adanya, sesuai dengan keinginan yang mungkin termasuk taraf standar-standar saja, tidak ada istimewanya. Kadang saat keimanan sedang luntur, ya sudah, dapat syukur gak dapat ya gak apa-apa.
Setelah membaca buku ini, sebenarnya pemikiran seperti itu tidaklah baik. Seakan-akan kenginan kita itu tidak kita perjuangkan secara sungguh-sungguh. Konsep pasrah pun tidak selamanya baik.
Dan moral yang dapat saya ambil dari judul ke 2 ini adalah :
"Beranilah mencoba hal-hal baru, dan teruslah bermimpi untuk meraih apa yang kau impikan. Teruslah berusaha dan bersemangat untuk mengejarnya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar