Judul : Dongeng Semusim
Pengarang : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagas Media
Pengarang : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagas Media
Pada suatu hari :
Saya (Sy.) : 'Hai apa kabarnya ? tumben nelpon gw sekarang?'
Teman (Tmn.) : ' Hehehehe... iya soalnya lg seneng nih...'
Sy. : 'Huh, giliran seneng aja telpon deh'. Btw, ada apaan nih ?'
Tmn. : 'emmm... gw dah dapet cowok baru nih'
Sy. : 'ohh.. jadi telpon cuma ngabarin udah dapet cowok lagi?'
Tmn. : 'hehehhe... iya. Seneng banget sih...'
Sy. : 'hmmm... ok'
Dan percakapan kami pun selesai sampai situ saja. Beberapa hari kemudian, saya makan siang bersama teman saya itu, sebut saja namanya Nana.
Maka terjadilah percakapan seperti dibawah ini :
Sy. :' Na, mau pesen makanan apaan nih? (kebetulan resto yang kami sambangi adalah resto cina)'.
Nana :' hmmm... apaan yah?' lu pesen apa ?'
Sy. : 'bingung'. Tapi nasi goreng seafood boleh jugalah'
Nana :'gw sup aja deh. Sup ayam tanpa nasi'.
Sy. : 'Serius lu. Cuma sup aja?? ntar sakit maag mu kambuh loh'.
Nana :' iya. Sekarang gw harus makan dikit aja, biar nanti terbiasa makan dikit kalau diajak cowok gw dinner'.
Sy. : 'OMG !!!
Jujur saja, mendengar jawaban seperti itu saya langsung berasa gemas dengan Nana. Habis yang saya tahu, Nana itu seorang cewek yang gemar makan, maksudnya suka mencoba makanan baru dan makannya normal lah untuk ukuran perempuan. Tapi kalau hanya demi sang pujaan hati dia mengubah porsi makannya, dari yang normal ke tidak normal, itu cukup saya pertanyakan. Karena dia makan juga tidak rakus, kemaruk atau apalah itu. Jika memang makanan itu enak, dia nambah 1 porsi lagi. Jika rasanya biasa saja dia cukupi saja. Jika tidak terlalu enak, tetap dia makan demi menghormati teman makannya itu, meskipun bakal bersisa.
Saya (Sy.) : 'Hai apa kabarnya ? tumben nelpon gw sekarang?'
Teman (Tmn.) : ' Hehehehe... iya soalnya lg seneng nih...'
Sy. : 'Huh, giliran seneng aja telpon deh'. Btw, ada apaan nih ?'
Tmn. : 'emmm... gw dah dapet cowok baru nih'
Sy. : 'ohh.. jadi telpon cuma ngabarin udah dapet cowok lagi?'
Tmn. : 'hehehhe... iya. Seneng banget sih...'
Sy. : 'hmmm... ok'
Dan percakapan kami pun selesai sampai situ saja. Beberapa hari kemudian, saya makan siang bersama teman saya itu, sebut saja namanya Nana.
Maka terjadilah percakapan seperti dibawah ini :
Sy. :' Na, mau pesen makanan apaan nih? (kebetulan resto yang kami sambangi adalah resto cina)'.
Nana :' hmmm... apaan yah?' lu pesen apa ?'
Sy. : 'bingung'. Tapi nasi goreng seafood boleh jugalah'
Nana :'gw sup aja deh. Sup ayam tanpa nasi'.
Sy. : 'Serius lu. Cuma sup aja?? ntar sakit maag mu kambuh loh'.
Nana :' iya. Sekarang gw harus makan dikit aja, biar nanti terbiasa makan dikit kalau diajak cowok gw dinner'.
Sy. : 'OMG !!!
******
Balik ke buku karangan Sefryana ini. Perbedaan antara masih pacaran hingga berkeluarga kadang menjadi bahan perbincangan yang hangat. Saat pacaran, si pria adalah orang yang sangat romantis, tidak pernah lupa tanggal ulang tahun, tanggal jadian dll dll. Tapi setelah menikah, si pria mendadak lupa tanggal jadian, tanggal nikah dll dll... Waktu pacaran, 'cowok ku rajin banget sms dan telpon kalau waktu makan siang, mengingatkan untuk makan dan sholat, tapi sekarang sudah menikah, huh.. mana ingat dia untuk menelpon aku saat jam istirahat?' hmmm.... sebagian contoh diatas adalah keluhan-keluhan yang sering kudengar.
Dan itulah yang dialami Sarah dan Nabil dalam buku ini. Kerap Sarah selalu mempertanyakan, apakah Nabil adalah pilihan yang tepat untuk mendampingi hidupnya kelak ?
Meskipun Sarah sering jengkel menghadapi prilaku Nabil yang terkesan santai dan cuek, namun ia masih bisa menjaga rasa cinta itu. Pengorbanan terbesar dalam hidupnya pun telah ia putuskan. Mengganti agamanya dan mengikuti agama Nabil merupakan keputusan yang sulit buat Sarah, hingga hubungan ia dan ayahnya menjadi kurang baik. Tapi, lagi-lagi demi cintanya pada Nabil.
Bagi Nabil sendiri, Sarah adalah perempuan pujaannya. Tapi Nabil lupa, bahwa setiap manusia pasti berubah. Apalagi jika perubahan itu sebenarnya menuju ke arah kebaikan, tapi hal itu tidak disadari oleh pasangannya ?? Bagi Sarah, ia sudah memutuskan untuk pindah agama, jelas ia harus berani untuk mempelajari hal tersebut secara sungguh-sungguh. Tapi di mata Nabil, Sarah mengganggu kehidupannya dengan hal-hal seperti itu. Apa yang dilakukan Sarah terkait dengan perubahan demi suaminya, seakan tidak disadari oleh Nabil. Ia terus menerus mempertanyakan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri Sarah. Hingga pada akhirnya, konflik yang sepele itu menjadi bom meletus bagi mereka berdua. Dan introspeksi dirilah yang harus mereka jalani bersama-sama.
******
Pernikahan?? Sebenarnya apa sih inti dari pernikahan ??
Bagi saya jelas, mencari pasangan hidup dan mengarungi hidup berdua hingga ajal menjemput. Menikah, berarti menggabungkan 2 watak yang berbeda. 2 fisik yang tidak sama. Dan semua keputusan harus di putuskan secara bersama. Ya, menikah tidaklah mudah. Satu sama lain harus bisa saling menekan egonya. Tidak boleh egois, dan siap berbagi, siap menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Makanya saya amat dan sangat menentang, jika pada saat pacaran perempuan terutama, suka jaga image di depan pacarnya. Seperti yang dilakukan teman saya di atas. Amat disayangkan jika saat pacaran terlalu jaga image, setelah menikah pasti keduanya akan kaget terhadap pasangan masing-masing.
So keep natural...
Balik ke buku karangan Sefryana ini. Perbedaan antara masih pacaran hingga berkeluarga kadang menjadi bahan perbincangan yang hangat. Saat pacaran, si pria adalah orang yang sangat romantis, tidak pernah lupa tanggal ulang tahun, tanggal jadian dll dll. Tapi setelah menikah, si pria mendadak lupa tanggal jadian, tanggal nikah dll dll... Waktu pacaran, 'cowok ku rajin banget sms dan telpon kalau waktu makan siang, mengingatkan untuk makan dan sholat, tapi sekarang sudah menikah, huh.. mana ingat dia untuk menelpon aku saat jam istirahat?' hmmm.... sebagian contoh diatas adalah keluhan-keluhan yang sering kudengar.
Dan itulah yang dialami Sarah dan Nabil dalam buku ini. Kerap Sarah selalu mempertanyakan, apakah Nabil adalah pilihan yang tepat untuk mendampingi hidupnya kelak ?
Meskipun Sarah sering jengkel menghadapi prilaku Nabil yang terkesan santai dan cuek, namun ia masih bisa menjaga rasa cinta itu. Pengorbanan terbesar dalam hidupnya pun telah ia putuskan. Mengganti agamanya dan mengikuti agama Nabil merupakan keputusan yang sulit buat Sarah, hingga hubungan ia dan ayahnya menjadi kurang baik. Tapi, lagi-lagi demi cintanya pada Nabil.
Bagi Nabil sendiri, Sarah adalah perempuan pujaannya. Tapi Nabil lupa, bahwa setiap manusia pasti berubah. Apalagi jika perubahan itu sebenarnya menuju ke arah kebaikan, tapi hal itu tidak disadari oleh pasangannya ?? Bagi Sarah, ia sudah memutuskan untuk pindah agama, jelas ia harus berani untuk mempelajari hal tersebut secara sungguh-sungguh. Tapi di mata Nabil, Sarah mengganggu kehidupannya dengan hal-hal seperti itu. Apa yang dilakukan Sarah terkait dengan perubahan demi suaminya, seakan tidak disadari oleh Nabil. Ia terus menerus mempertanyakan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri Sarah. Hingga pada akhirnya, konflik yang sepele itu menjadi bom meletus bagi mereka berdua. Dan introspeksi dirilah yang harus mereka jalani bersama-sama.
******
Pernikahan?? Sebenarnya apa sih inti dari pernikahan ??
Bagi saya jelas, mencari pasangan hidup dan mengarungi hidup berdua hingga ajal menjemput. Menikah, berarti menggabungkan 2 watak yang berbeda. 2 fisik yang tidak sama. Dan semua keputusan harus di putuskan secara bersama. Ya, menikah tidaklah mudah. Satu sama lain harus bisa saling menekan egonya. Tidak boleh egois, dan siap berbagi, siap menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Makanya saya amat dan sangat menentang, jika pada saat pacaran perempuan terutama, suka jaga image di depan pacarnya. Seperti yang dilakukan teman saya di atas. Amat disayangkan jika saat pacaran terlalu jaga image, setelah menikah pasti keduanya akan kaget terhadap pasangan masing-masing.
So keep natural...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar