Pada suatu hari, percakapan saya dengan seorang teman, sebut saja namanya AD.
AD : "mbak, lagi apa nih ?? ganggu gak aku telpon ??"
Saya : " gak lagi ngapa2in kok. Emang ada apa, tumben nih telpon ? "
AD: "ah enggak kangen aja sama mbak, udah lama gak ada kabarnya". Tapi sebenarnya mbak aku lagi pusing...."Saya : "pusing kenapa sih ??"
AD : " iya nih belum hamil-hamil juga"
Saya : "trus...? memangnya ada tuntutan suami untuk cepet-cepet hamil"
AD : "gak ada sih mbak, suamiku sih santai aja"
Saya : "nah terus kenapa pusing?"
AD :" yah karena saya merasa belum menjadi perempuan seutuhnya"
Saya : ????
__________________________________________________________________________________
Bagi saya alasan diatas amatlah tidak masuk akal, anak adalah suatu anugerah. Tidak perlu ditunggu, tidak perlu di cari, tapi jika Allah sudah mengizinkan pasti ia akan datang kepada kita. Saya suka heran dengan teman-teman yang perkawinannya masih seumur jagung tapi sudah ribut karena anak tidak kunjung ada. Haiii.... mengapa harus diributkan sih ??
Apakah kalian tidak ingin menikmati kebersamaan bersama pasangan ??? yang dulunya bertemu dengan pasangan hanya sekedar jalan ke mall, nonton bioskop, makan atau yang sejenisnya. Tapi sekarang setelah menikah apakah tidak mau menghabiskan waktu seharian di hari libur dengan berkebun bersama pasangan, merapikan rumah bersama-sama atau sekedar berbelanja kebutuhan sehari-hari ke pasar ??
Dan lagi untuk saya pernikahan itu tidak sekedar menikah, punya anak, membesarkan anak, tapi lebih kepada penyatuan 2 otak yang berbeda. Lebih kepada kekompakan, belajar bertoleransi kepada pasangan, belajar menahan ego, belajar mengalah dan saling menghargai, dan tentunya menyalurkan keinginan biologis. Sedangkan anak hanyalah bonus dari hal tersebut.
Selama menikah pun saya amat dan sangat menikmati kebersamaan bersama pasangan, meskipun hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang simpel saja., seperti saya membersihkan rumah, suami mencuci pakaian, dan pasangan pun tidak menuntut harus cepat-cepat untuk memiliki anak. Yang pasti kita memahami sekali, untuk memiliki anak tidak lah semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus matang dalam hal finansial, emosi dan spiritual. Anak memang hadiah dari Allah, tapi tentu saja Allah akan marah jika anak itu di sia-siakan. Orang banyak bilang, semakin banyak anak semakin banyak rizkinya. Itu sudah jelas bagi saya, anak mempunyai garis takdir dan tangan yang berbeda. Tapi bukankah anak itu perlu kita besarkan dan kita didik ? bukankah untuk membesarkan mereka serta mendidiknya juga membutuhkan uang ? Agar anak mempunyai rizki yang baik, bukankah harus diberi pakaian yang halal, makanan yang halal serta pendidikan yang baik ?? apakah itu semua tidak membutuhkan yang namanya uang ??
So, untuk apa pusing sampai harus stress jika anak belum hadir dalam kehidupan kita. Percayalah Allah maha mengetahui setiap hambanya. Ambillah sisi positifnya, jika memang kita belum dikaruniai anak, introspeksilah diri sendiri, mungkin secara ekonomi masih belum mapan, secara emosi juga belum stabil, dan secara kehidupan bersama pun masih banyak konflik. Dan satu hal yang penting yang harus di ingat :
Hal itu akan terasa indah pada waktunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar