Sabtu, 19 Juni 2010

Mehrunnisa : the twentieth wife


Judul : Mehrunnisa, the twentieth wife
Pengarang : Indu Sundaresan
Penerbit : Mizan

Satu lagi novel bernuansa India dan ditulis dengan bahasa yang apik oleh penulis India. Agaknya novel ini merupakan novel India pertama yang saya punya, yang berlatar belakang India tempo dulu.

Alkisah ada sebuah keluarga miskin yang kabur dari tanah airnya Persia, Ghias Beg dan istrinya Asmat beserta anak-anaknya. Ia lari dari tanah airnya setelah sang ayah Muhammad Sharif sang pejabat istana dari Shah Tahmasp Safavi Persia meninggal. Kemudian pemerintahan pun berganti seiring dengan kematian Shah Tahmsp. Agaknya sang pengganti ini Shah Ismail 2 tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Muhammad Sharif. Berbagai pembelian yang dilalukan oleh Ghias Beg dan istrinya lama-lama membuat mereka kewalahan untuk mengatasi utang-utang tersebut. Apalagi warisan dari alm. sang ayah telah diambil Shah baru tersebut. Hal ini membuat suami istri Ghias Beg dan Asmat mengalami masa-masa sulit, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari tanah airnya daripada mati atau dipenjara sebagai tahanan para pengutang.

Ghias Beg hanya tahu lari jauh meninggalkan Persia, ia terus berjalan bersama rombongan kecilnya tanpa tahu akan kemana arah yang ditujunya. Apalagi saat itu sang istri tengah hamil tua, dan waktu melahirkan akan segera tiba. Berbekal dengan koin emas beberapa keping ia bergabung dengan rombongan pedagang yang menuju arah India. Hingga tiba waktunya Asmat untuk melahirkan, Ghias Beg dalam keadaan putus asa. Putus asa tidak dapat membesarkan bayi yang baru saja merasakan alam barunya. Bayi itupun diberi nama Mehrunnisa. Seorang bayi perempuan yang cantik.
Setibanya di Qandahar, demi rasa tanggung jawabnya terhadap istri dan anak-anaknya, Ghias Beg mencoba mencari pekerjaan sebagai guru bagi bangsawan dan anak-anak orang kaya. Tapi melihat kondisi pakaian yang dikenakannya, membuat orang tidak percaya akan tawarannya sebagai guru. Hingga pada akhirnya ia bersua dengan seorang saudagar Malik Mas'ud. Sang saudagar pun membantu Ghias Beg. Pertama-tama diajaknya Ghias untuk makan dan minum, serta membelikan keluarganya makanan, sambil sang saudagar itu mendengarkan ceritanya. Lalu, saudagar itu pun mengajak Ghias untuk menemaninya menuju ke India. Dan Malik pun menjanjikan dirinya untuk diperkenalkan kepada sang Sultan Akbar di Fatehpur Sikri.
Meskipun telah dibantu dan bergabung dengan saudagar Malik, keadaan ekonomi Ghias Beg dan keluarga pun tidak juga membaik. Setelah berdiskusi panjang lebar dan di iringi oleh air mata sang istri, Ghias Beg pun sepakat akan meninggalkan sang bayi cantik Mehrunnisa di pinggiran desa, dengan dibungkus selendang bayi itupun diletakkan dibawah sebuah pohon di jalan utama. Tidak lupa juga ia menyalakan sumbu lentera agar sang bayi dapat dikenali oleh orang yang lewat.

Senja pun datang, sang saudagar Malik Mas'ud beserta rombongannya datang dengan kelelahan sehabis berburu. Mendadak ia mendengar tangisan seorang bayi. Disuruhnya pelayan mencari tangisan itu. Begitu sang bayi cantik di tangannya, ia merasa mengenali bayi tersebut, apalagi bayi itu dibungkus dengan selendang Ghias Beg pemberian dari Malik. Maka ia serahkan kembali sang bayi kepada kedua orang tuanya beserta sedikir uang untuk merawatnya.
Begitulah Mehrunnisa yang malang, akhirnya kembali ke pelukan orang tuanya.

Menghabiskan waktu sekitar 6 bulan lamanya dari sejak kelahiran Mehrunnisa. Akhirnya Sang saudagar Malik Mas'ud beserta rombongannya sampai di Fatehpur Sikri. Selang beberapa minggu Mas'ud beserta Ghias tentunya, langsung menghadap Sultan Akbar di istana. Ia pun langsung menjadikan orang yang tak tergantikan oleh Sultan Akbar. Ini adalah awal permulaan kehidupan Ghias Beg dan keluarganya di India. Segala sesuatunya harus ia pelajari, karena perbedaan sistem kesultanan India dengan Persia.
Di sisi yang lain, Mehrunnisa dan kakak-kakaknya lambat laun mulai besar. Hingga datang suatu saat Salim putra sang Sultan akan melangsungkan pernikahannya. Mehrunnisa dan kakak-kakaknya tidak sabar ingin melihat "Si Ganteng" Salim. Ia terus memaksa sang kakak untuk mengajaknya ke harem istana. Dan akhirnya Mehrunnisa pun berkenalan dengan Ruqayya, Ibunya pangeran Salim atau istri dari Sultan Akbar.
Ruqayya nampak tertarik dengan keberanian Mehrunnisa. Maka mulai sejak pertemuan itu, ia mengangkat Mehrunnisa sebagai dayang-dayangnya. Mehrunnisa pun tidak gentar menghadapi istri sang Sultan. Dengan cepat ia menjadi akrab dengan Ruqayya. Rupanya menjadi dayang-dayang istri Sultan membuat Mehrunnisa semakin tergila-gila mengejar mimpinya, bertemu dengan pangeran Salim. Dan mimpinya ini rupanya diketahui oleh permaisuri Ruqayya. Semakin sering ia mengunjungi Ruqayya, semakin besar hasratnya untuk segera bertemu dengan Salim.
Hingga pada suatu hari, ia selesai melayani permaisuri dan ingin segera pulang, tapi ternyata ia tersesat di dalam taman istana, dan bertemulah dengan pangeran Salim.
Setelah perjumpaan dengan pangeran Salim, hasrat Mehrunnisa semakin kuat untuk memiliki sang pangeran, meskipun kakak-kakaknya selalu meledeknya, apa mungkin pangeran jatuh cinta pada gadis kurus ??

Tahun itu juga, pangeran Salim menikah untuk yang ke 3 kalinya. Dari istri pertamanya Man Bai, ia memperoleh seorang anak laki-laki bernama Khusrau.
Semakin ke sini, obsesi Mehrunnisa semakin menggila. Dan obsesi Salim pun juga sama gilanya, menjadi penerus takhta kerajaan meskipun saat itu ayahanda Sultan Akbar masih sehat walafiat. Apalagi kawan-kawan baik Salim yang ikut memanas-manasi pangeran untuk segera merebut takhta kerajaan itu.
Intrik yang dilakukan Salim untuk merebut kerajaan nampaknya tidak berhasil, selain sang Sultan mengetahui tingkah polah anaknya, ia juga memendam rasa kecewa terhadap putra kesayangannya itu. Meskipun Salim kelak akan menggantikannya. Saudara-saudara Salim yang lain pun nampaknya tidak bisa di jadikan sebagai pengganti sang Sultan.

Selanjutnya, bagi Mehrunnisa, ia telah siap untuk berkeluarga. Di pikirannya hanyalah sang Salim yang berhak menjadi suaminya. Ayah dan Ibunya mulai sibuk mencari calon pendamping bagi dirinya. Dan Sultan pun mendengar berita bahwa pegawai kesayangannya Ghias Beg tengah mencari calon menantu untuk anaknya Mehrunnisa yang merupakan dayang-dayang Permaisuri Ruqayya. Kebetulan sekali saat itu ada seorang prajurit yang baru saja kembali dari medan pertempuran. ketangkasan prajurit ini pun sampai ke telinga Sultan Akbar dan seisi istana. Diharapkan prajurit ini nantinya akan menjadi ujung tombak istana dalam merebut daerah-daerah sekitar Lahore. Ia bernama Ali Quli.
maka si cantik Mehrunnisa pun menikah dengan Ali Quli seperti yang diperintahkan oleh Sultan Akbar melalui ayahnya. Meski dalam hati ia kecewa, tapi ia harus tetap menjalaninya. Wajah Salim pun selalu terbayang di wajahnya. Ia selalu mempertanyakan apakah Salim masih mengingat pertemuannya di taman dulu ??
Ternyata menjadi istri Ali Quli tidaklah seperti yang dibayangkan oleh Mehrunnisa. Tapi Mehrunnisa adalah hadiah yang tak pernah di sangka-sangka oleh Ali Quli. Sepanjang pernikahannya dengan Ali Quli, Mehrunnisa selalu sedih, meskipun kesedihan itu tidak pernah ia tampakkan dihadapan orang tuanya. 8 tahun sudah perkawinannya berjalan, rupanya Allah belum menganugerahi anak kepada dirinya dan suaminya. Setiap kali ia hamil, ia selalu keguguran. Sang suami pun mulai bertingkah. Membawa perempuan lain kerumah, mabuk-mabukan, berjudi dan lainnya. Ini semua di pendam oleh Mehrunnisa seorang.
Hari-hari yang berat dilewati Mehrunnisa, dan tanpa ia sadari, perutnya mulai membesar. Ia berdoa sepanjang waktu agar bayi yang dikandungannya ini sehat dan selamat hingga ia melahirkan. Dan akhirnya apa yang diharapkannya pun terkabul. Tapi,....? sedikit kekecewaan timbul di wajahnya, bayi yang ia lahirkan ternyata perempuan. Ahhh.... tapi tidak jadi masalah baginya. Bayi itu pun ia beri nama Ladli. Meskipun ia tahu, pasti sang suami akan terus menghinanya.

Hingga suatu saat, Sultan Akbar menderita suatu penyakit, dan diramalkan tidak dapat hidup panjang lagi. Dan Sultan Akbar pun akhirnya meninggal. Takhta akhirnya dimiliki oleh Salim.
Di awal kepemimpinannya pun ternyata putra Salim dari istri pertamanya Man Bai, Khusrau, berulah. Ia mencoba menyingkirkan sang ayah dari tampuk kesultanan. Beberapa intrik-intrik jahat selalu ia lakukan, tapi Salim pun dapat mencegahnya. Meskipun Salim sudah menjadi Sultan, ia masih teringat akan Mehrunnisa, dan ia pun tahu kalau Mehrunnisa sudah menjadi istri orang lain yang tak bukan istri prajuritnya Ali Quli. Salim selalu berpikir ia sudah menjadi Sultan tapi mengapa ia tidak boleh mendapatkan Mehrunnisa ??
Di sisi lain, Ali Quli pun bersekongkol dengan Khusrau, karena Khusrau menjanjikan sebuah daerah yang nantinya bisa dipimpin oleh Ali. Segala daya dan upaya dilakukan oleh Khusrau beserta pengikutnya namun selalu gagal.
Hingga pada akhirnya Ali Quli pun terbunuh oleh Sultan Salim karena ketahuan membelot dari sang Sultan, dan Khusrau pun di siksa. Itulah ganjaran bagi pembelot-pembelot Sultan.
Kematian Ali Quli sepertinya tidak membuat Mehrunnisa menjadi sedih. Ia tidak tahu harus sedih atau harus senang. Karena sekarang ia sudah menjadi janda dengan 1 orang putri, maka ia pun kembali tinggal dengan orang tuanya. Saat itu usia Mehrunnisa sudah memasuki 34 tahun.
Sedikit demi sedikit, impian Mehrunnisa untuk mendapatkan Sultan Salim tumbuh kembali. Ia kembali mendatangi harem janda Sultan Akbar Ruqayya dan berharap bertemu pangeran Salim.
Sepertinya Ruqayya pun tahu bahwa Mehrunnisa masih mencintai dan mengharapkan Salim, maka ia pun mengatur pertemuan tidak sengaja antara Sultan Salim dengan Mehrunnisa.
Sebenarnya Ruqayya pun mempunyai maksud tersendiri terhadap Mehrunnisa. Karena ia tidak begitu menyukai tingkah istri Salim ke 2 Jagat Gosini yang angkuh dan penuh kuasa. Dan Salim pun bertemu denga 'tidak sengaja' dengan Mehrunnisa.

Kabar mengenai kembalinya 'cinta lama' Salim kepada Mehrunnisa pun terdengar oleh Jagat Gosini. Mati-matian ia menentang keinginan Salim untuk mempersunting Mehrunnisa. Tapi semuanya tidak di gubris oleh Salim. Dan Salim pun tetap mempersunting Mehrunnisa.

Kisah Mehrunnisa ini sebenarnya adalah cerita terlarang. Mehrunnisa di anggap sebagai wanita perusak rumah tangga orang. Makanya jarang sekali Mehrunnisa ini dibahas dan di ceritakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar